PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak
data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati
posisi pertama sebagai penyebab kematian manusia.(Sunaryati;2011,44)
Menurut WHO, tahun 1999 sedikitnya 55,9 juta jiwa kematian di seluruh
dunia disebabkan penyakit jantung, dan 60 % diantaranya adalah PJK. pada tahun
2005 terdapat 17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler, dari
kematian ini, 7,6 juta diantaranya terkena penyakit jantung koroner. (http://eprints. undip.ac.id/6324/)
American Heart Association pada tahun 2004 memperkirakan prevalensi
penyakit jantung koroner di amerika serikat sekitar 13.200.000 jiwa. angka
kematian karena PJK di seluruh dunia tiap tahun didapatkan 50 juta, sedangkan
di negara berkembang terdapat 39 juta. WHO pada tahun 2002 memperkirakan
diseluruh dunia setiap tahunnya 3,8 juta pria dan 3,4 juta wanita meninggal
karena PJK. (http://www.docstoc.
com/docs/71645150/ penyakit - jantung-koroner-%28Arief-Darmawan%29).
Di Indonesia, berdasarkan data Depkes 2005, penyakit jantung koroner
menempati urutan ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh rumah
sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang.
Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2000 Penyakit Jantung
Koroner menempati urutan ketiga dari penyakit tidak menular dengan jumlah
penderita sebanyak 354 orang yang berumur ≥60 tahun.jumlah kematian penyakit
jantung koroner sebanyak 37 orang dengan CFR (Case Fatality Rate).
Dari penelitian Damanik di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2000-2004 bahwa jumlah penderita penyakit jantung koroner sebanyak 230 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 13 orang CFR.
Dari penelitian Damanik di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2000-2004 bahwa jumlah penderita penyakit jantung koroner sebanyak 230 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 13 orang CFR.
Berdasarkan data yang peneliti
dapat jumlah penderita PJK di RSU Dr.Pringadi Medan tahun 2003 sebanyak 198
kasus, tahun 2004 sebanyak 274, tahun 2005 sebanyak 259 kasus, tahun 2006
sebanyak 283 kasus. (http://repository.usu.ac .id/
bitstream/123456789/14656/1/09E01271.pdf )
Jika lebih dari separuh jaringan
jantung mengalami kerusakan, biasanya jantung tidak dapat berfungsi sehingga
akan menyebabkan kematian. Bahkan walaupun kerusakannya tidak luas, jantung
tidak mampu lagi memompa darah dengan baik sehingga terjadi gagal jantung atau
shock yang artinya jantung berhenti berdetak dan menyebabkan kematian
mendadak.( Susanto, 2010:58:59)
Dari latar belakang uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melaksanakan
peneliti dengan judul : Gambaran Pengetahuan Pasien tentang Penyakit Jantung
Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012.
1.2.
Perumusan Masalah
Adapun
rumusan Masalah yaitu: Bagaimanakah
Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang V (Lima) tentang
Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran
Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang V (Lima) Tentang Penyakit
Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012.
1.3.2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui
Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang Lima Tentang
Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012 berdasarkan
umur.
b.
Untuk mengetahui
Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang Lima Tentang
Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012 berdasarkan
pendidikan.
c.
Untuk mengetahui
Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang Lima Tentang
Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012 berdasarkan
pekerjaan.
d.
Untuk mengetahui
Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang Lima Tentang
Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012 berdasarkan
sumber informasi.
1.4. Manfaat
Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Untuk
menambah pengetahuan dan wawasan
peneliti dalam penerapan ilmu pengetahuan yang dapat di peroleh dalam
perkuliahan khususnya mengenai Penyakit Jantung Koroner
2.
Bagi Institusi
Pendidikan
Sebagai bahan
masukan bagi institusi dalam proses belajar mengajar dalam perkuliahan serta
menambah wawasan dan sebagai bahan referensi di perpustakaan Akademi Keperawatan Takasima Kabanjahe.
3.
Bagi Rumah Sakit Umum
Kabanjahe
Untuk menambah pengetahuan dan
sebagai bahan masukan bagi petugas rumah sakit umum kabanjahe dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada Pasien Penyakit Jantung Koroner.
4.
Bagi Peneliti Berikutnya
Sebagai bahan acuan
untuk melakukan penelitian berikutnya dan tambah referensi bagi peneliti mengenai
Penyakit Jantung Koroner sehingga peneliti berikutnya menjadi lebih baik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1.
Defenisi
Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmodjo,
2003 : 127-128)
Pengetahuan adalah merupakan hasil
mengingat satu hal , mengingat kembali kejadian yang pernah di alami baik
secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan
kontak dan pengamatan terhadap suatu objek tertentu. (Mubarak, 2007 : 28)
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil ”tau” dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan ini terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diproleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2007:143).
2.1.2.
Tingkat
Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan :
1.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesitif dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan,
dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan
protein pada anak balita.
2.
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginter-prestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya
dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3.
Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cyclel) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih
didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5.
Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya, dapat menyusun
dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dan menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atas rumusan-rumusan yang telah ada.
6.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria telah yang ada. Misalnya, dapat
membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak kekurangan gizi, dalam
menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dalam menafsirkan sebab-sebab
mengapa ibu-ibu tidak mau ikutan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003 : 128-130).
2.1.3.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1.
Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan
tarjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikologis (mentah).perubahan pada fisiksecara garis besar ada empat katagori
perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga,
hilangnya cirri-ciri lama, keempat, timbulnya cirri-ciri baru. Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir sese orang semakin matang dan
dewasa.
2.
Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang pada orang lain terhadap suatu
hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak
pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang
tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru di perkenalkan.
3.
Pekerjaan
Lingkungan pekerkjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
4.
Sumber Informasi
Informasi kemudahan untuk memperoleh suatu
informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan
yang baru.
5.
Minat
Sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu . minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni
suatu hal dan pada akhirnya di peroleh pengetahuan yang lebih mendalam.
6.
Pengalaman
Suatu kegiatan yang pernah dialami seseorang
dalam berintraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderung pengalaman yang kurang
baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman yang kurang
baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula
membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
7.
Kebudayaan lingkungan
sekitar
Kebudayaan dinama kita hidup dan di besarkan
mempunyai pengaruh besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap
kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai suatu wilayah mempunyai budaya
untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan
sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
(Mubarak, 2007 : 30-31)
2.2. Penyakit
Jantung Koroner
2.2.1 Defenisi
Penyakit Jantung Koroner adalah terjadinya
penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner.
Akibat adanya penyumbatan ini, maka dengan sendirinya suplai energy kimiawi dan oksigen ke otot jantung
(miokard) berkurang, sehingga terjadilah gangguan keseimbangan antara suplai
dan kebutuhan. Kondisi dimana otot jantung mengalami kekurangan energi dan
oksigen disebut iskemia miokard. Bila iskemia berlangsung terus maka terjadilah
kerusakan sel otot jantung, kondisi ini disebut infark miokard. (Hananta, 2011:
25)
Pada kondisi normal, aliran
darah dalam arterikoronaria sesuai dengan kebutuhan metabolisme otot jantung.
Penyakit jantung iskemik terjadi apabila pasokan darah tidak mencukupi karena
pasokan darah sendiri yang berkurang atau miokardium menjadi hipertrofi dan
kebutuhan pasokan darahnya meningkat. (Anderwood, 2000: 352).
Infark miokard (Myocardial
infarction, MI) adalah keadaan yang mengancam kehidupan dengan tanda khas
terbentuknya jaringan nekrosis otot yang
permanen karena otot jantung kehilangan suplai oksigen. Infark miokard juga
diketahui sebagai serangan jantung atau serangan koroner. Dapat menjadi fatal
bila terjadi perluasan area jaringan yang rusak. (Wajan Juni, 2010: 77)
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri
koroner karena arteroksklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombosis.
(Brunner & Suddarth, 2001:788)
Serangan jantung biasa
terjadi ketika sumbatan pada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau
terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari organ jantung. Jika terputusnya atau berkurangnya aliran
darah tersebut berlangsung lebih dari beberapa menit maka jaringan jantug akan
mati. Kemampuan memompa jantung setelah mengalami serangan jantung, secara
langsung berhubungan dengan luas dan lokasi kerusakan jaringan atau infark.(
susanto, 2010:58)
2.2.2
Anatomi Fisiologi
Jantung
1.
Anatomi Jantung
A.
Jantung
Jantung terletak didalam rongga
mediastinum dari ronga dada (toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi
jantung disebut perikardium yang terdiri atas 2 lapisan: Perikardium
parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru. Perikardium
viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut
epikardium. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai
pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa.
B.
Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapis:
1.
Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.
2.
Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut
miokardium.
3.
Lapisan dalam disebut endokardium.
C.
Ruang Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding
tipis disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut
ventrikel (bilik).
1.
Atrium
a.
Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava
superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung
sendiri. Dari atrium kanan kemudian darah di pompakan ke ventrikel kanan.
b.
Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari
paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikel
kiri.
Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat
yang disebut septum atrium.
2.
Ventrikel
·
Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium
kanan yang kemudian dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
·
Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri
kemudian memompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua ventrikel
dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
D.
Katub Jantung
1.
Katup Atrioventrikuler
Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan
ventrikel.. katup antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup disebut katup trikuspidalis. Sedangkan
katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup disebut katup bikuspidalis atau katup mitral.
Katup AV memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
atrium ke ventrikel pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik
ke atrium pada saat sistol ventrikel.
2.
Katup Semilunar
Katup pulmonal, terletak antara arteri
pulmonalis dan ventrikel kanan. Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri
dan aorta. Kedua katup semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup
semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik ke
ventrikel sewaktu diastole ventrikel.
E. Peredaran
Darah Dalam Tubuh
1.
Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan
tekanan yang tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis
(lentur), kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut
jantung. Dinding arteri banyak mengandung jaringan elastis yang dapat
teregang saat sistol dan mengadakan rekoil saat diastol.
2.
Arteriola
Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri,
berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler.
Arteriol mempunyai dinding yang kuat sehingga mampu kontriksi atau dilatasi
beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler.
Otot arteriol dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik yang berfungsi
vasodilatasi. Arteriol merupakan penentu
utama resistensi/tahanan aliran
darah, perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar pada
resistensi.
3.
Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding
sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah
dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung).Kapiler memungkinkan
oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan
hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
4.
Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu
bergabung dengan venul-venul lain ke dalam vena, yang akan membawa darah
kembali ke jantung.
5. Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya
diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah
dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak
terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam sistem vena rendah maka
memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan
atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
6
Arteri Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi
sistemik. Sirkulasi koroner terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri
koroner kiri. Arteri koroner bermuara di sebelah atas daun katup aorta
yang disebut sinus valsava.
7.
Vena Jantung
Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan
distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3 bagian: vena tebesian, vena kardiaka anterior, sinus
koronaria.
F.
Sirkulasi Darah
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian
terdapat juga sirkulasi koroner yang juga berperan sangat penting bagi
sirkulasi jantung.
a.
Sirkulasi
Sistemik
1.
Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
2.
Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
3.
Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
4.
Banyak mengalami tahanan.
5.
Kolom hidrostatik panjang.
b.
Sirkulasi
Pulmonal
1.
Hanya mengalirkan darah ke paru.
2.
Hanya berfungsi untuk paru-paru.
3.
Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
4.
Hanya sedikit mengalami tahanan.
5.
Kolom hidrostatiknya pendek.
c.
Sirkulasi
Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari
nutrisi dan oksigenasi yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi
koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untk miokardium
melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Aliran darah koroner
terjadi terutama pada fase diastolik.( http://www.kard iologi -ui.com/newsread
.php?id=246)
Aliran darah koroner meningkat pada:
·
Peningkatan aktifitas
·
Jantung berdenyut
·
Rangsang sistem saraf simpatis. (http://perawattegal.word press.com/2009/09/12/struktur-fungsi-sistem-kardiovaskuler/#more-295)
2. Fisiologi Jantung
A. Struktur Otot Jantung
Otot jantung mirip dengan otot skelet yaitu mempunyai serat
otot. Perbedaannya otot jantung tidak dipengaruhi oleh syaraf somatik, otot
jantung bersifat involunter. Kontraksi otot jantung dipengaruhi oleh adanya
pacemaker pada jantung.
B. Metabolisme Otot Jantung
Metabolisme otot jantung tergantung sepenuhnya pada
metabolisme aerobik. Otot jantung sangat banyak mengandung mioglobin yang dapat
mengikat oksigen. Karena metabolisme sepenuhnya adalah aerob, otot jantung
tidak pernah mengalami kelelahan.
C. Sistem Konduksi
Jantung
Jantung
mempunyai system syaraf tersendiri yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot
jantung yang disebut system konduksi jantung. Syaraf pusat melalui system
syaraf autonom hanya mempengaruhi irama kontraksi jantung. Syaraf simpatis
memacu terjadinya kontraksi sedangkan syaraf parasimpatis menghambat kontraksi.
System kontraksi jantung terdiri atas :
1. Nodus
Sinoatrialkularis (NSA) terletak pada atrium kanan dan dikenal sebagai
pacemaker karena impuls untuk kontraksi dihasilkan oleh nodus ini.
2. Nodus Atrioventrikularis (NAV) terletak antara atrium dan ventrikel kanan berperan sebagai gerbang impuls ke ventrikel.
2. Nodus Atrioventrikularis (NAV) terletak antara atrium dan ventrikel kanan berperan sebagai gerbang impuls ke ventrikel.
3. Bundle His adalah
serabut syaraf yang meninggalkan NAV.
Serabut Bundle Kanan Dan Kiri adalah serabut syaraf yang menyebar ke ventrikel terdapat pada septum interventrikularis.
Serabut Bundle Kanan Dan Kiri adalah serabut syaraf yang menyebar ke ventrikel terdapat pada septum interventrikularis.
4. Serabut Purkinje
adalah serabut syaraf yang terdapat pada otot jantung.
D. Kontraksi Dan Irama Jantung
D. Kontraksi Dan Irama Jantung
Kontraksi
jantung disebut systole sedangkan relaksasi jantung atau pengisian darah pada
jantung disebut diastole. Irama jantung dimulai dari pacemaker (NSA) dengan
impuls 60-80 kali/menit. Semua bagian jantung dapat memancarkan impuls
tersendiri tetapi dengan frekuensi yang lebih rendah. Bagian jantung yang
memancarkan impuls diluar NSA disebut focus ektopik yang menimbulkan perubahan
irama jantung yang disebut aritmia. Aritmia dapat disebabkan oleh hipoksia,
ketidakseimbangan elektrolit, kafein, nikotin karena hal tersebut dapat
menyebabkan fokus ektopik kontraksi diluar kontraksi dari nodus NSA. Jika
terjadi hambatan aliran impuls dari NSA menuju NAV maka impuls syaraf akan
timbul dari nodus NAV dengan frekuensi yang lebih rendah yaitu sekitar 40-50
kali/menit. Jika ada hambatan pada bundle his atau serabut bundle kanan dan
kiri maka otot jantung akan kontraksi dengan iramanya sendiri yaitu 20-30
kali/menit. Denyut jantung 20-30 kali/menit tidak dapat mempertahankan
metabolisme otot
E.Suara
Jantung
Suara jantung terjadi akibat proses kontraksi jantung.
a.
Suara jantung 1 (S1) timbul akibat penutupan katup
mitral dan trikuspidalis.
b.
Suara jantung 2 (S2) timbul akibat penutupan katup
semilunaris aorta dan semilunaris pulmonal.
c.
Suara jantung 3 (S3) terjadi akibat pengisian ventrikel
pada fase diastole.
d.
Suara jantung 4 (S4) terjadi akibat kontraksi atrium.
e.
Suara jantung 3 dan 4 terdengar pada jantung anak.
F.
Fase Kontraksi Jantung
Pada fase pengisian ventikel dan kontraksi atrium katup
mitral dan trikuspidalis terbuka darah akan mengalir dari atrium menuju
ventrikel. Pada fase kontraksi ventrikel isometric ventrikel mulai kontraksi
dan atrium relaksasi, katup mitral dan trikuspidalis tertutup dan katup
semilunar aorta dan pulmonal belum terbuka. Pada fase ejeksi ventikuler, katup
semilunar aorta dan semilunar aorta dan semilunar pulmonal terbuka sehingga
darah mengalir dari ventrikel menuju aorta dan arteri pulmonalis. Pada fase
relaksasi isovolumentrik terjadi relaksasi ventrikel dan katup semilunar aorta
dan pulmonal menutup sedangkan katup mitral dan katup trikuspidalis belum
terbuka. (http://tulus-andi.blogspot.com/2009/11/anatomi-dan-fisiologi-sistem
. html)
G.Cardiac
Output
Stroke
volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompakan saat ventrikel
satu kali berkontraksi (pada orang dewasa normal ±70-75 ml) atau bisa juga
sebagai perbedaan antara volume darah dalam ventrikel pada akhir diasyolik dan
volume sisa ventrikel pada akhir sistolik (end diastole volume- end systole
volume). Heart rate atau denyut jantung adalah jumlah kontraksi ventrikel per
menit.
Cardiac
output atau curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel
kedalam sirkulasi pulmonal dan sistemik selama satu menit (4-8 liter per
menit).
Curah Jantung = Denyut Jantung x Volume Sekuncup
|
(Wajan Juni
Udjianti,2010:6)
2.2.3 Etiologi
A. Faktor penyebab
1.
Coronary Arteri Disease : arterosklerosis, arthritis,
trouma pada koroner, penyempitan arteri koroner karena spasme atau desecting
aorta dan arteri koroner.
2.
Coronary artery emboli: infective endokarditis, cardiac
myxoma, cardiopulmonal bypass surgery, arteriography koroner
3.
Kelainan congenital: anomaly arteri koronaria.
4.
Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miokard:
tirotoksikosis, hipotensi kronis, keracunan karbon monoksida, stenosis atau
insufisiensi aorta.
5.
Gangguan hematologi: anemia, polisitemia vera,
hypercoagulabity, thrombosis, trombositosis, dan DIC. (Wajan Juni, 2010:78).
B. Faktor predisposisi
1. Faktor resiko yang dapat di
ubah:
a.
Dislipedemia
b.
Hipertensi
c.
Merokok
d.
Diabetes Mellitus
e.
Diet lemak jenuh dan kolestrol
f.
inaktifitas fisik
g.
Stres psikososial
h. Kepribadian tipe A (ambisius, agresif,kompetitif,
tidak sabar,tegang) (Ronald,2006:18)
2. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah:
a.
Usia
usia
yang semakin tua akan meningkatkan resiko gangguan kardiovaskular, hal tersebut
secara jelas telah diketahui pada pria maupun wanita. Hal ini mungkin merupakan
pencerminan factor resiko digabung dengan kecenderungan bertambah beratnya
derajat tiap-tiap faktor risiko dengan bertambah usia. Penuaan adalah sebuah
proses yang pasti dialami semua orang, hal ini berarti perubahan kondisi
jantung juga akan terjadi pada semua orang.
b.
Jenis kelamin
Kaum wanita mempunyai risiko penyakit kardiovasekuler
lebih rendah dibanding kaum pria pada semua golongan usia. Penyakit ini jarang
terjadi pada wanita premenopouse, kecuali apabila terdapat faktor resiko yang
cukup kompleks. Dampak faktor risiko pada wanita lebih keci, namun jika ada
factor penyakit lain maka semakin beresiko misalnya pada wanita dengan diabetes
dan obesitas sentral. Pada pasca menopause, besarnya risiko mengidap penyakit
jantung mendekati risiko yang dimiliki kaum pria sehingga sangat penting untuk
mengendalikan factor risiko.
Angka kematian pada kaum pria akibat penyakit jantung
cenderung lebih besar dibanding kaum wanita pada rasio usia yang sama. Dan
hormone seks menjadi salah satu pemicunya. Para peneliti menyimpulkan bahwa
hormone seks berhubungan dengan tiga factor pemicu utama penyakit jantung,
yaitu kolestrol, tekanan darah, dan berat badan. Mereka menemukan estradiol dan
estrone yang biasa disebut hormone estrogen, terkait dengan peningkatan level
kolestrol jahat( LDL-kolestrol) dan menurunkan level kolestrol baik
(HDL-kolestrol) pada pria. Konsentrasi hormone-hormon seks tersebut berkaitan
dengan factor resiko penyakit jantung pada kaum pria, jauh sebelum stroke, dan
penyakit sejenisnya muncul.(Sutanto,2010:70)
c. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga
Insiden infark miokard pada kakak beradik berhubungan
secara bermakna walaupun factor lain, seperti hipertensi, dislipidemia, dan
merokok telah disingkirkan ( Ronald,2006:23)
2.2.4 Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada peroses rusaknya jaringan
jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri
koroner karena arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau
thrombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau
perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen jantung.
“Penyumbatan koroner”, “serangan
jantung” dan “infark miokardium” mempunyai arti yang sama namun istilah yang
paling disukai adalah infark miokardium (IM).(Smeltzer, 2002: 788)
Luas dan lokasi
kerusakan jaringan miokard tergantung pada hal-hal berikut ini.
1. Lokasi
dan derajat aterosklerosis
2. Lokasi,derajat,ada/tidaknya
spasme arteri koronaria
3. Ukuran
vaskularisasi yang terganggu
4. Jauhnya
sirkulasi kolateral
5. Kebutuhan
ogsigen miokard yang perfusinya terganggu
Beberapa lokasi infark adalah sebagai berikut.
1.
Sub-endokardial
2.
Intramural
3.
Transmural
4.
Sub-epikardial (wajan juni udjianti,2010:79)
Mekanisme
obstruksi arterikoronaria hingga terjadi infark miokard sebagai berikut:
Plaques (lesi pada arterosklerosis)
|
Meningkatkan proses penyempitan pembuluh darah
|
Oklusi parsial
|
Aliran sel-sel darah melalui area tersebut mengakibatkan
plak pecah
|
Aggregasi platelet
|
Meningkatkan pelepasa prostaglandin thromboxane A yang
mengakibatkan pembentukan trombus
|
Trombus mengikuti aliran darah sampai mencapai area yang
sempit pada arteri koronaria
|
Oklusi total
|
Terjadi area iskemik
|
Bila >45 menit sirkulasi arteri koronaria tersebut
tidak pulih akan terjadi infark
|
Stimulasi pelepasan katekolamin yang merangsang saraf
simpatis (respons adrenergik) pada reseptor alfa)
|
Vasokontriksi dan
peningkatan daya kontraksi
Ø Peningkatan
tekanan darah,curah jantung dan frekwensi nadi
Ø Peningkatan
serum glukosa dan asam lemak bebas
Ø Peningkatan
penggunaan oksigen miokard
Ø Penurunan
kecepatan konduksi
Ø
Peningkatan kecemasan, loss of control, dan
takut mati.
|
(wajan
juni,2010:84)
2.2.5
Manifestasi
Klinis
Setiap orang yang mengalami serangan jantung akan mengalami
keluhan yang berbeda-beda. Sebuah serangan mungkin dimulai dengan rasa sakit
yang tidak jelas, rasa tidak nyaman yang samar, atau rasa sesak dibagian tengah
dada. Kadang, sebuah serangan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan
sekali sehingga sering disalah artikan sebagai gangguan pencernaan atau bahkan
lepas dari perhatian sama sekali. di pihak lain, serangan jantung mungkin akan
menimbulkan rasa nyeri paling buruk yang pernah dialami, rasa sesak luar biasa
atau rasa terjepit pada dada, tenggorokan atau perut. Bisa juga menguncurkan
keringat panas atau dingin, kaki terasa sakit sekali, dan rasa ketakutan bahwa
ajal sudah mendekat. Juga mungkin merasa lebih nyaman bila duduk disbanding
bila berbaring dan mungkin nafas begitu sesak sehingga tidak bisa santai. Rasa
mual dan pusing sampai muntah bahkan yang lebih parah lagi ialah ketika sampai
kolaps dan pingsan. Tanda atau gejala yang demikian ini tentu saja sudah
merupakan kondisi serangan yang sudah akut. Baru pada tahap yang mengkwatirkan
ini kita biasanya sadar terhadap serangan jantung.
Ada beberapa gejala serangan jantung yang lebih
spesifik, antara lain:
1.
Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah, maka
oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolism yang berlebihan menyebabkan
kram atau kejang;
2.
Sesak nafas. Ini merupakan gejala yang biasa ditemukan
pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga
udara di paru-paru;
3.
Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif
memompa maka aliran darah ke otot selama melakukan aktifitas akan berkurang,
menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini sering kali bersifat
ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktifitasnya secara
bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan;
4.
Palpitasi (jantung berdebar-debar)
5.
Pusing dan pingsan. Penurunan aliran darah karena
denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang
buruk, biasa menyebabkan pusing dan pingsan.( Sunaryati:2011,45)
2.2.6
Pemeriksaan
Fisik
a.
Tampilan Umum
Pasien tampak pucat,
berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebihan. Pasien juga
tapak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul setelah 12-24 jam
pasca infark
b.
Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Sinus takikardi
(100-120 x/mnt) terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan melambat dengan
pemberian analgesic yang adekuat.
Denyut jantung yang
rendah mengindikasikan adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai
komplikasi dari infark.
Peningkatan TD mmoderat
merupakan akibat dari pelepasan kotekolamin
Sedangkan jika terjadi
hipotensi maka hal tersebut merupakan akibat dari aktivitas vagus berlebih, dehidrasi, infark
ventrikel kanan, atau tanda dari syok kardiogenik.
c.
Pemeriksaan jantung
Terdangar bunyi jantung
S4 dan S3 , atau mur-mur. Bunyi gesekan perikard jarang terdengar hingga hari
ke dua atau ketiga atau lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambatan dari
sindrom Dressler.
d.
Pemeriksaan paru
Ronkhi akhir pernafasan
bisa terdengar, walaupun mungkin tidak terdapat gambaran edema paru pada
radiografi. Jika terdapat edema paru, maka hal itu merupakan komplikasi infark
luas, biasanya anterior.
2.2.7
Pemeriksaan
Penunjang
a.
EKG
(Electrocardiogram)
1.
Segmen ST elevasi abnormal menunjukkan adanysa
injury miokard
2.
Gelombang T inversi (arrow head) menunjukkan adanya
iskemia miokard.
3.
Q patologis menunjukkan adanya nekrosis
miokard.(wajan juni, 2010:87).
b. Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga
protein-protein tertentu keluar masuk aliran darah.
Kreatinin
Pospokinase (CPK) termasuk dalam hal ini CPK-MB terdeteksi setelah 6-8 jam, mencapai puncak
setelah 24 jam dan kembali menjadi normal setelah 24 jam berikutnya.
LDH
(Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard yaitu
setelah 24 jam kemudian mencapai puncak
dalam 3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan 2 minggu.
Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan
klinisnya masih kalah akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T.
Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH
selain ditemukan pada otot jantung juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
Troponin
T & I merupakan protein
merupakan tanda paling spesifik cedera
otot jantung, terutama Troponin T (TnT)
TnT sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan masih tetap tinggi dalam serum selama 1-3 minggu.
Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari pertama;
peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai normal.
c. Coronary Angiography
Coronary
angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x pada jantung
dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak
sumbatan pada arteri koroner.
Dokter memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha menuju jantung.
Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari
angiografi koroner.
Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui ujung
kateter pada aliran darah. Zat kontras itu
memungkinkan dokter dapat mempelajari aliran darah yang melewati
pembuluh darah dan jantung (http://nursinglove.
multiply.com/journal/item/2?&show_interstitial=1&u=% 2
Fjour nal%2Fitem)
2.2.8
Komplikasi
1.
Disritmia
Komplikasi paling sering dari infark
miokard akut adalah gangguan irama jantung (90%). Faktor predisposisi adalah:
1) iskemia jaringan, 2) hipoksemia, 3) pengaruh system saraf para-simpatis dan
simpatis, 4) asidosis laktat, 5) kelainan hemodinamik, 6) keracunan obat, dan
7) gangguan keseimbangan elektrolit.
2.
Gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik
Sepuluh sampai 15 persen pasien IM
mengalami syok kardiogenik, dengan mortalitas antara 80-95%.
3.
Tromboemboli
Study pada 924 kasus kematian akibat
IM akut menunjukkan adanya trombi mural pada 44% kasus pada endokardium. Study
outopsi menunjukkan 10% kasus IM akut yang meninggal mempunyai emboli aterial ke otak, ginjal,
limpa, atau mesenterium.
4.
Perikarditis
Sindrom ini dihubungkan dengan IM
yang digambarkan pertama kali oleh Dressler dan sering disebut sindrom
dressler. Biasanya terjadi setelah terjadinya infark transmural tetapi
dapatmenyertai infark subepikardial. Perikarditis biasanya sementara,yang tampak pada minggu
pertama setelah infark. Nyeri dada dari perikarditis akut terjadi tiba-tiba dan
deras serta konstan pada dada anterior. Nyeri ini memburuk dengan inspirasi dan
biasanya dihubungkan dengan takikardi, demam ringan, dan friction rub
pericardial yang trifasik dan sementara.
5.
Ruptural miokardium
Ruptura dinding bebas dari ventrikel
kiri menimbulkan kematian sebanyak 10% di rumah sakit karena IM akut. Ruptur
ini menyebabkan tamponade jantung dan kematian. Ruptur septum interventrikular
jarang terjadi, yang terjadi pada kerusakan miokard luas, dan menimbulkan defek septum ventrikel.
6.
Aneurisma ventrikel
Kejadian ini adalah komplikasi
lambat dari MI yang meliputi penipisan, pengembungan, dan hipokenesis dari
dinding ventrikel kiri setelah infark transmural. Aneurisma ini sering
menimbulkan gerakan paroksimal pada dinding ventrikel, dengan pengembungan
keluar segmen aneurisma pada kontraksi ventrikel. Kadang-kadang aneurima ini
rupture dan menimbulkan tamponade jantung, tetapi biasanya masalah yang terjadi
disebabkan penurunan kontaktilitas ventrikel atau embolisasi.(Tambayong,2000, 92)
2.2.9
Penatalaksanaan
Tujuan dari penanganan pada infark miokard adalah
menghentikan perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung
(memberikan kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Berikut ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien dengan AMI:
1. Berikan oksigen
meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan oksigen yang melimpah untuk
jaringan, dapat menurunkan beban kerja jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L
/menit melalu binasal kanul.
2. pasang monitor
kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan dapat terjadi dalam jam-jam
pertama pasca serangan.
3. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung
sehingga mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung
berarti memberikan kesempatan kepada sel-selnya untuk memulihkan diri.
4. Pemasangan IV
line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan nutrisi yang diperlukan. Pada
awal-awal serangan pasien tidak diperbolehkan mendapatkan asupa nutrisi lewat
mulut karena akan meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa
membebani jantung.
5. Pasien yang
dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya mendapatkan aspirin
(antiplatelet) untuk mencegah pembekuan
darah. Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan
clopidogrel.
6.
Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung dan
memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga dapat
membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark biasanya nyeri tidak
hilang dengan pemberian nitrogliserin.
7.
Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan
tetapi sangat mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan
pada pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka digunakan
petidin
8.
Obat-obatan trombolitik
Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan
darah pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan
miokard lebih lanjut. Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah
yang menyumbat arteri koroner. Waktu paling efektive pemberiannya adalah 1 jam
stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh lebih dari 12 jam pasca serangan.
Selain itu tidak boleh diberikan pada pasien diatas 75 tahun
Contohnya adalah streptokinase
9.
Beta
Blocker
Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga
digunakan untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah
serangan jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk memperbaiki aritmia.
Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol,
atenolol, dan acebutol) dan non-cardioselective (propanolol, pindolol,
dan nadolol)
10. Angiotensin-Converting
Enzyme (ACE) Inhibitors
Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera
pada otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan
pada otot jantung.
Misalnya captropil
11. Obat-obatan antikoagulan
Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan
bekuan darah pada arteri.
Missal: heparin dan enoksaparin.
12. Obat-obatan
Antiplatelet
Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan
platelet untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.
Jika obat-obatan tidak mampu menangani/menghentikan
serangan jantung., maka dapat dilakukan tindakan medis, yaitu antara lain
a. Angioplasti
Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka
arteri koroner yang tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan
balon pada ujungnya dimasukan melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang
tersumbat. Kemudian balon dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding
arteri. Melebarnya bagian dalam arteri akan mengembalikan aliran darah.
Pada angioplasti, dapat diletakan tabung kecil (stent)
dalam arteri yang tersumbat sehingga menjaganya tetap terbuka. Beberapa stent biasanya dilapisi obat-obatan
yang mencegah terjadinya bendungan ulang pada arteri.
b. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena
diambil dari bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan
pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru
untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung.
Setelah pasien kembali
ke rumah maka penanganan tidak berhenti, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Mematuhi manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-obatan maupn mengikuti program rehabilitasi.
- Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk menurunkan kemungkinan kekambuhan, misalnya antara lain: menghindari merokok, menurunkan BB, merubah dit, dan meningatkan aktivitas fisik. (http://nursinglove.multiply. com/journal/item/2?&show_ interstitial =1&u= %2 Fjo urnal %2Fitem).
2.2.10 Pencegahan
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan meliputi 4 kategori sebagai berikut.
1.
Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial adalah upaya mencegah adanya factor resiko penyakit
jantung koroner pada daerah/ individu yang belum tampak adanya factor-faktor
risiko penyakit jantung koroner.
2.
Pencegahan
Jangan abaikan serangan jantung kalau tidak ingin memperpanjang korban
akibat serangan jantung. Ada baiknya kita melakukan berbagai langkah untuk
pencegahan. Ini harus kita lakukan sejak dini. Langkah yang bisa dilakukan
ialah menerapkan pola makan yang sehat, pola hidup yang sehat, berhenti
merokok, menghindari stress, menghindari dan mengobati hipertensi, mengobati
obesitas, melakukan olahrahga secara teratur, konsumsi antioksidan, dan
mewaspadai factor genetis.
1.
Pola makan sehat
Hindari makanan yang banyak
mengandung lemak atau yang mengandung kolestrol tinggi. Kurangi menyantap
makanan yang digoreng dan banyak mengandung lemak, sebaliknya makanan dapat
diolah dengan cara direbus, dikukus,atau dipanggang. Sebisa mungkin, makanan
yang kita makan rendah lemak atau tanpa lemak. Pilih susu,keju, dan mentega
rendah lemak. Menggoreng dengan menggunakan minyak zaitun memiliki kandungan
lemak yang sedikit sehingga bisa menjadi pilihan.
Hindari
juga makanan dengan kandungan gula tinggi, jangan terlalu banyak mengkonsumsi
karbohidrat. Sebaliknya, konsumsi gandum yang dapat membantu menjaga jantung
tetap sehat. Jaga pola makan agar terhindar dari kegemukan karena seseorang
yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm beresiko lebih besar terkena
penyakit ini.
2.
Berhenti merokok
Menghisap rokok tidak baik untuk
kesehatan jantung, maka segera hentikan kebiasaan ini agar jantung tetap sehat.
3.
Hindari stress
Stres memang sulit dihindari. Saat
seseorang mengalami stress, tubuh akan mengeluarkan hormone kortisol yang
menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormone norepinephrine akan diproduksi
tubuh saat menderita stress yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah.
Maka, sangat baik bila kita menghindari stress baik dikantor atau dirumah.
4.
Menjaga dan Mengobati Hipertensi
Sebagaimana dijelaskan diatas,
problem hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa mengakibatkan penyakit
jantung. Hipertensi dapat melukai dinding arteri dan memungkinkan kolestrol LDL
memasuki saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak. Oleh sebab itu,
jagalah diri kita dari kemungkinan serangan hipertensi dengan pola hidup yang
sehat dan lakukan pengobatan jika perlu.
5.
Obesitas
Kelebihan berat atau obesitas
meningkatkan tekanan darah tinggi dan ketidak normalan lemak. Menghindari atau
mengobati obesitas atau kegemukan adalah cara utama untuk menghindari diabetes.
Diabetes mempercepat penyakit jantung koroner dan meningkatkan risiko serangan
jantung.
6.
Olahraga Teratur
Kita dapat melakukan kegiatan
olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging. Kegiatan olahraga
yang bukan bersifat kompetisi dan tidak terlalu berlebihan dapat menguatkan
kerja jantung dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh.
7.
Konsumsi Antioksidan
Polusi udara, asap kendaraan bermotor, atau asap rokok menciptakan
timbulnya radikal bebas dapat menyebabkan bisul atau endapan pada pembuluh
darah yang dapat menyebabkan penyumbatan. Untuk mengeluarkan kandungan radikal
bebas dalam tubuh, perlu adanya antioksidan yang akan menangkap dan
membuangnya. Antioksidan dapat diperoleh
dari berbagai macam buah-buahan dan sayuran.
8.
Keturunan
Seorang yang orang tua atau saudara
kandungnya pernah mengalami serangan jantung sebelum usia 60 memiliki resiko
lebih besar menderita penyakit ini. Karena itu, jika kita memiliki kerabat yang
pernah mengalami serangan jantung, sebaiknya lebih berhati-hati dalam menjaga
agar pola makan dan gaya hidup kita.( Sunaryati:2011,49)
BAB
3
METODE
PENELITIAN
3.1 Kerangka
Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian tentang “Gambaran pengetahuan pasien di
Rumah Sakit Umum Kabanjahe tentang Penyakit Jantung Koroner Tahun 2012” adalah
sebagai berikut :
|
Penyakit jantung koroner
|
3.2 Defenisi
Operasional
- Pengetahuan adalah pengetahuan pasien untuk menjawab benar pertanyaan yang diajukan pada pasien tentang Penyakit Jantung Koroner.
- Umur adalah interval waktu atau rentang kehidupan yang dijalani oleh responden sampai dilakukan penelitian.
- Pendidikan adalah pendidikan formal yang terakhir yang pernah diselesaikan oleh pasien dengaan kategori :
1.
SD
2.
SMP
3.
SMA
4.
Perguruan Tinggi
5.
Lainnya
- Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh pasien yang dapat menghasilkan uang atau tidak dengan kategori :
1.
Bekerja : PNS, Wiraswasta, petani
2.
Tidak Bekerja : Pelajar, Ibu Rumah Tangga
- Sumber informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
1.
Media Electronic yaitu: TV, Radio, Internet
2.
Media Cetak yaitu: Koran, Majalah, Buku
3.
Petugas Kesehatan
3.3 Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yaitu untuk mengambarkan
pengetahuan pasien tentang Jantung Koroner.
3.4 Lokasi
dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi
penelitian
Adapun lokasi yang yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah Rumah
Sakit Umum Kabanjahe. Karena tempat penelitian tersebut dapat memenuhi sample
yang di inginkan peneliti serta tidak
menghambat waktu dan biaya.
3.4.2 Waktu
Penelitian
Waktu penelitian yang di perlukan untuk melakukan penelitian ini adalah
........
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1
Populasi
Yang menjadi Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien yang di Rawat Ruang Kelas dan Ruang V Di
Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011. Sebanyak..... Orang.
3.5.2
Sampel
Sample dalam penelitian ini menggunakan tehnik total, dimana semua
populasi menjadi sample, yaitu sebanyak …. Orang.
3.6
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan
data primer dengan cara pengisian questioner yang diberikan kepada pasien,
sebelum membagikan kepada pasien. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan secara mengisi questioner kemudian memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengisi questioner
penelitian, setelah selesai maka dikumpulkan saat itu jaga.
3.7 Aspek
Pengukuran
Aspek pengukuran pengetahuan
berdasarkan skala guttman yaitu diambil jawaban responden dari seluruh
pertanyaan pengetahuan yang di berikan dalam bentuk checklist dengan
interprestasi nilai, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya
0. Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan
skor yang diharapkan (tertinggi), kemudian dikalikan 100% dan haslnya berupa
persentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
Rumus : P =
F/N X 100%
Keterangan :
P =
Persentase
F =
Jumlah Jawaban Yang Benar
N =
Jumlah Soal
Selanjutnya setelah
keseluruhan jawaban di hitung dan di jumlahkan berdasarkan skala ordinal maka
hasilnya di kelompokkan dengan kategori :
1. Baik, apabila responden menjawab dengan
benar 76-100% dari seluruh pertanyaan benar (sebanyak 23-30 pertanyaan).
2. Cukup, apabila responden mampu menjawab
dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan benar ( sebanyak 17-22 pertanyaan).
3. Kurang, apabila responden mampu men jawab dengan benar < 55% dari
seluruh pertanyaan benar (sebanyak 0-16 pertanyaan).
3.8 Tehnik Pengolahan Data dan Analisis
Data
3.8.1 Pengolahan data
Setelah data berhasil
dikumpulkan,yang dilakukan adalah mengolah data sedemikian rupa sehingga jelas
sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut bersifat informasi. Pengolahan
data akan dilakukan dengan cara :
1.
Editing
Mengelola data sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki
data tersebut, maka data-data tersebut diperiksa terlebih dahulu apakah sesuai
yang diharapkan atau tidak.
2.
Coding
Setelah editing selesai, maka dilakukan pengkodean data yang telah
dikumpulkan.
3.
Tabulating
Mengumpulkan data tersebut kedalam suatu table menurut sifat yang
dimiliki dengan tujuan penelitian.
3.8.2 Analisa
Data
Analisa dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang
telah dikumpulkan dan di sajikan dalam table distrribusi frekuensi. Analisa
data kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil pesnelitian dengan membahas hasil penelitian
dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Andi,
Tulus. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovasekuler. http://www.kardiologi-ui.com/newsread.php?id=246.
13 November 2009. 2:28 AM
Arif
Darmawan. Penyakit Jantung Koroner, http://www.docstoc.com/docs/71645150/
penyakit -jantung-koroner-%28Arief-Darmawan%29. 2010
Hananta,
I Putu Yuda. 2011.Deteksi Dini & Pencegahan 7 Penyakit Penyebab Mati Muda. Yogyakarta. MedPress (Anggota IKAPI)
Hidayat,
A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Joe.
Struktur dan Fungsi Sistem Kardiovasekuler. http://perawattegal.wordpress.com/
2009 /09/12/struktur-fungsi-sistem-kardiovaskuler/#more-295.
12/09/2009. 3:44 AM
Mamad, Supriyono. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung
Koroner (PJK) Pada Kelompok Usia < 45 Tahun. http://eprints.undip.ac.id/6324/.
03 juli 2008, 2:20 AM.
Purnawan,
Iwan. Infark Miokard Akut (AMI). http://nursinglove .multiply .com /journal/item/2? &show _
interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. 03
Juni 2008. 2:31 AM
Sitorus,
Ronald H. 2006. 3 Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia. Bandung. Penerbit Yrama Widya.
Sri
Damai yanti. Karateristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap di RSU
Dr. Pirngadi Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
14656/1/ 09E01271. Pdf.2009.
Sutanto.
2010. CEKAL (Cegah & Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta. C.V ANDI OFFSET (Penerbit ANDI)
Sunaryati,
Septi Shinta. 2011. 14 Penyakit
Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan.
Jogjakarta. FlashBooks.
Tambayong, jan. 2000.
Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta.
Buku Kedokteran EGC
Udjianti,
Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta Selatan. Salemba Medika.
Underwood,
J. C. E. 2000. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.