Sabtu, 05 Mei 2012

jantung koroner

PENDAHULUAN


1.1.       Latar Belakang
Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian manusia.(Sunaryati;2011,44)
Menurut WHO, tahun 1999 sedikitnya 55,9 juta jiwa kematian di seluruh dunia disebabkan penyakit jantung, dan 60 % diantaranya adalah PJK. pada tahun 2005 terdapat 17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler, dari kematian ini, 7,6 juta diantaranya terkena penyakit jantung koroner. (http://eprints. undip.ac.id/6324/)
American Heart Association pada tahun 2004 memperkirakan prevalensi penyakit jantung koroner di amerika serikat sekitar 13.200.000 jiwa. angka kematian karena PJK di seluruh dunia tiap tahun didapatkan 50 juta, sedangkan di negara berkembang terdapat 39 juta. WHO pada tahun 2002 memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya 3,8 juta pria dan 3,4 juta wanita meninggal karena PJK. (http://www.docstoc. com/docs/71645150/ penyakit - jantung-koroner-%28Arief-Darmawan%29).
Di Indonesia, berdasarkan data Depkes 2005, penyakit jantung koroner menempati urutan ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang.
Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2000 Penyakit Jantung Koroner menempati urutan ketiga dari penyakit tidak menular dengan jumlah penderita sebanyak 354 orang yang berumur ≥60 tahun.jumlah kematian penyakit jantung koroner sebanyak 37 orang dengan CFR (Case Fatality Rate).
            Dari penelitian Damanik di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2000-2004 bahwa jumlah penderita penyakit jantung koroner sebanyak 230 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 13 orang CFR.
 Berdasarkan data yang peneliti dapat jumlah penderita PJK di RSU Dr.Pringadi Medan tahun 2003 sebanyak 198 kasus, tahun 2004 sebanyak 274, tahun 2005 sebanyak 259 kasus, tahun 2006 sebanyak 283 kasus. (http://repository.usu.ac .id/ bitstream/123456789/14656/1/09E01271.pdf )
 Jika lebih dari separuh jaringan jantung mengalami kerusakan, biasanya jantung tidak dapat berfungsi sehingga akan menyebabkan kematian. Bahkan walaupun kerusakannya tidak luas, jantung tidak mampu lagi memompa darah dengan baik sehingga terjadi gagal jantung atau shock yang artinya jantung berhenti berdetak dan menyebabkan kematian mendadak.( Susanto, 2010:58:59)
Dari latar belakang uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melaksanakan peneliti dengan judul : Gambaran Pengetahuan Pasien tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012.

1.2.       Perumusan Masalah

Adapun rumusan  Masalah yaitu: Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang V (Lima) tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012

1.3.       Tujuan Penelitian

1.3.1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang V (Lima) Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012.
1.3.2.      Tujuan Khusus
a.         Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang Lima Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012 berdasarkan umur.
b.        Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang Lima Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012 berdasarkan pendidikan.
c.         Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang Lima Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012 berdasarkan pekerjaan.
d.        Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Rawat Inap Ruang Kelas dan Ruang Lima Tentang Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2012 berdasarkan sumber informasi.

1.4.       Manfaat Penelitian

1.        Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan  peneliti dalam penerapan ilmu pengetahuan yang dapat di peroleh dalam perkuliahan khususnya mengenai Penyakit Jantung Koroner
2.        Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi dalam proses belajar mengajar dalam perkuliahan serta menambah wawasan dan sebagai bahan referensi di perpustakaan  Akademi Keperawatan Takasima  Kabanjahe.
3.        Bagi Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Untuk  menambah pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi petugas rumah sakit umum kabanjahe dalam menerapkan asuhan keperawatan pada Pasien Penyakit Jantung Koroner.
4.        Bagi Peneliti  Berikutnya
Sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian berikutnya dan tambah referensi bagi peneliti mengenai Penyakit Jantung Koroner sehingga peneliti berikutnya menjadi lebih baik.






BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.       Pengetahuan

2.1.1.      Defenisi
            Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmodjo, 2003 : 127-128)
            Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat satu hal , mengingat kembali kejadian yang pernah di alami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak dan pengamatan terhadap suatu objek tertentu. (Mubarak, 2007 : 28)
            Pengetahuan  (knowledge) adalah hasil ”tau” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diproleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2007:143).
2.1.2.      Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
1.         Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesitif dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.oleh sebab itu, tahu ini merupakan  tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2.         Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginter-prestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3.         Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4.         Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5.         Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya, dapat menyusun dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dan menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atas rumusan-rumusan yang telah ada.
6.         Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria telah yang ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak kekurangan gizi, dalam menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dalam menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikutan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003 : 128-130).
2.1.3.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1.         Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan tarjadi  perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mentah).perubahan pada fisiksecara garis besar ada empat katagori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya cirri-ciri lama, keempat, timbulnya cirri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf  berpikir sese orang semakin matang dan dewasa.
2.         Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain  terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula mereka menerima  informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula  pengetahuan  yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru di perkenalkan.
3.         Pekerjaan
Lingkungan pekerkjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.


4.         Sumber Informasi
Informasi kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
5.         Minat
Sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu . minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya di peroleh pengetahuan yang lebih mendalam.
6.         Pengalaman
Suatu kegiatan yang pernah dialami seseorang dalam berintraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderung pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
7.         Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dinama kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
(Mubarak, 2007 : 30-31)

2.2.       Penyakit Jantung Koroner

2.2.1   Defenisi
Penyakit Jantung Koroner adalah terjadinya penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner. Akibat adanya penyumbatan ini, maka dengan sendirinya suplai  energy kimiawi dan oksigen ke otot jantung (miokard) berkurang, sehingga terjadilah gangguan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan. Kondisi dimana otot jantung mengalami kekurangan energi dan oksigen disebut iskemia miokard. Bila iskemia berlangsung terus maka terjadilah kerusakan sel otot jantung, kondisi ini disebut infark miokard. (Hananta, 2011: 25)
Pada kondisi normal, aliran darah dalam arterikoronaria sesuai dengan kebutuhan metabolisme otot jantung. Penyakit jantung iskemik terjadi apabila pasokan darah tidak mencukupi karena pasokan darah sendiri yang berkurang atau miokardium menjadi hipertrofi dan kebutuhan pasokan darahnya meningkat. (Anderwood, 2000: 352).
Infark miokard (Myocardial infarction, MI) adalah keadaan yang mengancam kehidupan dengan tanda khas terbentuknya jaringan nekrosis otot  yang permanen karena otot jantung kehilangan suplai oksigen. Infark miokard juga diketahui sebagai serangan jantung atau serangan koroner. Dapat menjadi fatal bila terjadi perluasan area jaringan yang rusak. (Wajan Juni, 2010: 77) 
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena arteroksklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombosis. (Brunner & Suddarth, 2001:788)
Serangan jantung biasa terjadi ketika sumbatan pada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah ke suatu bagian dari organ jantung.  Jika terputusnya atau berkurangnya aliran darah tersebut berlangsung lebih dari beberapa menit maka jaringan jantug akan mati. Kemampuan memompa jantung setelah mengalami serangan jantung, secara langsung berhubungan dengan luas dan lokasi kerusakan jaringan atau infark.( susanto, 2010:58)






2.2.2    Anatomi Fisiologi Jantung
1.         Anatomi Jantung
A.    Jantung





                        Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada (toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yang terdiri atas 2 lapisan: Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru. Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut epikardium. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa.



B.     Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapis:
1.         Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.
2.         Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
3.         Lapisan dalam disebut endokardium.
C.     Ruang Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
1.         Atrium
a.         Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Dari atrium kanan kemudian darah di pompakan ke ventrikel kanan.
b.         Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikel kiri.
Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
2.         Ventrikel
·           Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang kemudian dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
·           Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian memompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
D.    Katub Jantung
1.    Katup Atrioventrikuler
Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel.. katup antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup disebut katup bikuspidalis atau katup mitral.
Katup AV memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik ke atrium pada saat sistol ventrikel.
2.      Katup Semilunar
Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel.
E.     Peredaran Darah Dalam Tubuh
1.                  Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis (lentur), kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak mengandung jaringan elastis  yang dapat teregang saat sistol dan mengadakan rekoil saat diastol.
2.                  Arteriola
Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol mempunyai dinding yang kuat sehingga mampu kontriksi atau dilatasi beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik yang berfungsi vasodilatasi. Arteriol merupakan penentu utama resistensi/tahanan aliran darah, perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar pada resistensi.
3.                  Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung).Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
4.                  Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan venul-venul lain ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.

5.  Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam sistem vena rendah maka memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
6           Arteri Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi koroner terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Arteri koroner bermuara di sebelah atas daun katup aorta yang disebut sinus valsava.
7.         Vena Jantung
Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3 bagian: vena tebesian, vena kardiaka anterior, sinus koronaria.
F.      Sirkulasi Darah
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian terdapat juga sirkulasi koroner yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung.
a.         Sirkulasi Sistemik
1.              Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
2.              Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
3.              Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
4.              Banyak mengalami tahanan.
5.              Kolom hidrostatik panjang.
b.         Sirkulasi Pulmonal
1.              Hanya mengalirkan darah ke paru.
2.              Hanya berfungsi untuk paru-paru.
3.              Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
4.              Hanya sedikit mengalami tahanan.
5.              Kolom hidrostatiknya pendek.
c.         Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untk miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Aliran darah koroner terjadi terutama pada fase diastolik.( http://www.kard iologi -ui.com/newsread .php?id=246)
Aliran darah koroner meningkat pada:
·                Peningkatan aktifitas
·                Jantung berdenyut
·                Rangsang sistem saraf simpatis. (http://perawattegal.word press.com/2009/09/12/struktur-fungsi-sistem-kardiovaskuler/#more-295)

2.  Fisiologi Jantung
A.  Struktur Otot Jantung
Otot jantung mirip dengan otot skelet yaitu mempunyai serat otot. Perbedaannya otot jantung tidak dipengaruhi oleh syaraf somatik, otot jantung bersifat involunter. Kontraksi otot jantung dipengaruhi oleh adanya pacemaker pada jantung.
B. Metabolisme Otot Jantung
Metabolisme otot jantung tergantung sepenuhnya pada metabolisme aerobik. Otot jantung sangat banyak mengandung mioglobin yang dapat mengikat oksigen. Karena metabolisme sepenuhnya adalah aerob, otot jantung tidak pernah mengalami kelelahan.
C. Sistem Konduksi Jantung
Jantung mempunyai system syaraf tersendiri yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot jantung yang disebut system konduksi jantung. Syaraf pusat melalui system syaraf autonom hanya mempengaruhi irama kontraksi jantung. Syaraf simpatis memacu terjadinya kontraksi sedangkan syaraf parasimpatis menghambat kontraksi. System kontraksi jantung terdiri atas :
1. Nodus Sinoatrialkularis (NSA) terletak pada atrium kanan dan dikenal sebagai pacemaker karena impuls untuk kontraksi dihasilkan oleh nodus ini.
2. Nodus Atrioventrikularis (NAV) terletak antara atrium dan ventrikel kanan berperan sebagai gerbang impuls ke ventrikel.
3. Bundle His adalah serabut syaraf yang meninggalkan NAV.
Serabut Bundle Kanan Dan Kiri adalah serabut syaraf yang menyebar ke ventrikel terdapat pada septum interventrikularis.
4. Serabut Purkinje adalah serabut syaraf yang terdapat pada otot jantung.
D. Kontraksi Dan Irama Jantung
Kontraksi jantung disebut systole sedangkan relaksasi jantung atau pengisian darah pada jantung disebut diastole. Irama jantung dimulai dari pacemaker (NSA) dengan impuls 60-80 kali/menit. Semua bagian jantung dapat memancarkan impuls tersendiri tetapi dengan frekuensi yang lebih rendah. Bagian jantung yang memancarkan impuls diluar NSA disebut focus ektopik yang menimbulkan perubahan irama jantung yang disebut aritmia. Aritmia dapat disebabkan oleh hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kafein, nikotin karena hal tersebut dapat menyebabkan fokus ektopik kontraksi diluar kontraksi dari nodus NSA. Jika terjadi hambatan aliran impuls dari NSA menuju NAV maka impuls syaraf akan timbul dari nodus NAV dengan frekuensi yang lebih rendah yaitu sekitar 40-50 kali/menit. Jika ada hambatan pada bundle his atau serabut bundle kanan dan kiri maka otot jantung akan kontraksi dengan iramanya sendiri yaitu 20-30 kali/menit. Denyut jantung 20-30 kali/menit tidak dapat mempertahankan metabolisme otot
E.Suara Jantung
Suara jantung terjadi akibat proses kontraksi jantung.
a.              Suara jantung 1 (S1) timbul akibat penutupan katup mitral dan trikuspidalis.
b.             Suara jantung 2 (S2) timbul akibat penutupan katup semilunaris aorta dan semilunaris pulmonal.
c.              Suara jantung 3 (S3) terjadi akibat pengisian ventrikel pada fase diastole.
d.             Suara jantung 4 (S4) terjadi akibat kontraksi atrium.
e.              Suara jantung 3 dan 4 terdengar pada jantung anak.
F. Fase Kontraksi Jantung
Pada fase pengisian ventikel dan kontraksi atrium katup mitral dan trikuspidalis terbuka darah akan mengalir dari atrium menuju ventrikel. Pada fase kontraksi ventrikel isometric ventrikel mulai kontraksi dan atrium relaksasi, katup mitral dan trikuspidalis tertutup dan katup semilunar aorta dan pulmonal belum terbuka. Pada fase ejeksi ventikuler, katup semilunar aorta dan semilunar aorta dan semilunar pulmonal terbuka sehingga darah mengalir dari ventrikel menuju aorta dan arteri pulmonalis. Pada fase relaksasi isovolumentrik terjadi relaksasi ventrikel dan katup semilunar aorta dan pulmonal menutup sedangkan katup mitral dan katup trikuspidalis belum terbuka. (http://tulus-andi.blogspot.com/2009/11/anatomi-dan-fisiologi-sistem . html)
G.Cardiac Output
Stroke volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompakan saat ventrikel satu kali berkontraksi (pada orang dewasa normal ±70-75 ml) atau bisa juga sebagai perbedaan antara volume darah dalam ventrikel pada akhir diasyolik dan volume sisa ventrikel pada akhir sistolik (end diastole volume- end systole volume). Heart rate atau denyut jantung adalah jumlah kontraksi ventrikel per menit.
Cardiac output atau curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kedalam sirkulasi pulmonal dan sistemik selama satu menit (4-8 liter per menit).
Curah Jantung = Denyut Jantung x Volume Sekuncup
  

(Wajan Juni Udjianti,2010:6)
2.2.3 Etiologi
A.  Faktor penyebab
1.        Coronary Arteri Disease : arterosklerosis, arthritis, trouma pada koroner, penyempitan arteri koroner karena spasme atau desecting aorta dan arteri koroner.
2.        Coronary artery emboli: infective endokarditis, cardiac myxoma, cardiopulmonal bypass surgery, arteriography koroner
3.        Kelainan congenital: anomaly arteri koronaria.
4.        Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miokard: tirotoksikosis, hipotensi kronis, keracunan karbon monoksida, stenosis atau insufisiensi aorta.
5.        Gangguan hematologi: anemia, polisitemia vera, hypercoagulabity, thrombosis, trombositosis, dan DIC. (Wajan Juni, 2010:78).


B. Faktor predisposisi
   1. Faktor resiko yang dapat di ubah:
                 a. Dislipedemia
                 b. Hipertensi
                 c. Merokok
                 d. Diabetes Mellitus
                 e. Diet lemak jenuh dan kolestrol
                 f. inaktifitas fisik
                 g. Stres psikososial
h. Kepribadian tipe A (ambisius, agresif,kompetitif, tidak sabar,tegang) (Ronald,2006:18)
2. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah:
              a. Usia
                    usia yang semakin tua akan meningkatkan resiko gangguan kardiovaskular, hal tersebut secara jelas telah diketahui pada pria maupun wanita. Hal ini mungkin merupakan pencerminan factor resiko digabung dengan kecenderungan bertambah beratnya derajat tiap-tiap faktor risiko dengan bertambah usia. Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang, hal ini berarti perubahan kondisi jantung juga akan terjadi pada semua orang.



b.         Jenis kelamin
Kaum wanita mempunyai risiko penyakit kardiovasekuler lebih rendah dibanding kaum pria pada semua golongan usia. Penyakit ini jarang terjadi pada wanita premenopouse, kecuali apabila terdapat faktor resiko yang cukup kompleks. Dampak faktor risiko pada wanita lebih keci, namun jika ada factor penyakit lain maka semakin beresiko misalnya pada wanita dengan diabetes dan obesitas sentral. Pada pasca menopause, besarnya risiko mengidap penyakit jantung mendekati risiko yang dimiliki kaum pria sehingga sangat penting untuk mengendalikan factor risiko.
Angka kematian pada kaum pria akibat penyakit jantung cenderung lebih besar dibanding kaum wanita pada rasio usia yang sama. Dan hormone seks menjadi salah satu pemicunya. Para peneliti menyimpulkan bahwa hormone seks berhubungan dengan tiga factor pemicu utama penyakit jantung, yaitu kolestrol, tekanan darah, dan berat badan. Mereka menemukan estradiol dan estrone yang biasa disebut hormone estrogen, terkait dengan peningkatan level kolestrol jahat( LDL-kolestrol) dan menurunkan level kolestrol baik (HDL-kolestrol) pada pria. Konsentrasi hormone-hormon seks tersebut berkaitan dengan factor resiko penyakit jantung pada kaum pria, jauh sebelum stroke, dan penyakit sejenisnya muncul.(Sutanto,2010:70)


c. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga      
Insiden infark miokard pada kakak beradik berhubungan secara bermakna walaupun factor lain, seperti hipertensi, dislipidemia, dan merokok telah disingkirkan ( Ronald,2006:23)
2.2.4 Patofisiologi
                        Infark miokardium mengacu pada peroses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri koroner karena arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung.
            “Penyumbatan koroner”, “serangan jantung” dan “infark miokardium” mempunyai arti yang sama namun istilah yang paling disukai adalah infark miokardium (IM).(Smeltzer, 2002: 788)
            Luas dan lokasi kerusakan jaringan miokard tergantung pada hal-hal berikut ini.
1.      Lokasi dan derajat aterosklerosis
2.      Lokasi,derajat,ada/tidaknya spasme arteri koronaria
3.      Ukuran vaskularisasi yang terganggu
4.      Jauhnya sirkulasi kolateral
5.      Kebutuhan ogsigen miokard yang perfusinya terganggu

Beberapa lokasi infark adalah sebagai berikut.
1.         Sub-endokardial
2.         Intramural
3.         Transmural
4.         Sub-epikardial (wajan juni udjianti,2010:79)
Mekanisme obstruksi arterikoronaria hingga terjadi infark miokard sebagai berikut:
Plaques (lesi pada arterosklerosis)

Meningkatkan proses penyempitan pembuluh darah

Oklusi parsial

Aliran sel-sel darah melalui area tersebut mengakibatkan plak pecah
Aggregasi platelet
Meningkatkan pelepasa prostaglandin thromboxane A yang mengakibatkan pembentukan trombus
Trombus mengikuti aliran darah sampai mencapai area yang sempit pada arteri koronaria
Oklusi total
Terjadi area iskemik
Bila >45 menit sirkulasi arteri koronaria tersebut tidak pulih akan terjadi infark
Stimulasi pelepasan katekolamin yang merangsang saraf simpatis (respons adrenergik) pada reseptor alfa)
Vasokontriksi dan peningkatan daya kontraksi


Ø  Peningkatan tekanan darah,curah jantung dan frekwensi nadi
Ø  Peningkatan serum glukosa dan asam lemak bebas
Ø  Peningkatan penggunaan oksigen miokard
Ø  Penurunan kecepatan konduksi
Ø  Peningkatan kecemasan, loss of control, dan takut mati.
 
















(wajan juni,2010:84)
2.2.5        Manifestasi Klinis
Setiap orang yang mengalami serangan jantung akan mengalami keluhan yang berbeda-beda. Sebuah serangan mungkin dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak nyaman yang samar, atau rasa sesak dibagian tengah dada. Kadang, sebuah serangan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan sekali sehingga sering disalah artikan sebagai gangguan pencernaan atau bahkan lepas dari perhatian sama sekali. di pihak lain, serangan jantung mungkin akan menimbulkan rasa nyeri paling buruk yang pernah dialami, rasa sesak luar biasa atau rasa terjepit pada dada, tenggorokan atau perut. Bisa juga menguncurkan keringat panas atau dingin, kaki terasa sakit sekali, dan rasa ketakutan bahwa ajal sudah mendekat. Juga mungkin merasa lebih nyaman bila duduk disbanding bila berbaring dan mungkin nafas begitu sesak sehingga tidak bisa santai. Rasa mual dan pusing sampai muntah bahkan yang lebih parah lagi ialah ketika sampai kolaps dan pingsan. Tanda atau gejala yang demikian ini tentu saja sudah merupakan kondisi serangan yang sudah akut. Baru pada tahap yang mengkwatirkan ini kita biasanya sadar terhadap serangan jantung.
Ada beberapa gejala serangan jantung yang lebih spesifik, antara lain:
1.      Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah, maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolism yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang;
2.      Sesak nafas. Ini merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru;
3.      Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa maka aliran darah ke otot selama melakukan aktifitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini sering kali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktifitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan;
4.      Palpitasi (jantung berdebar-debar)
5.      Pusing dan pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, biasa menyebabkan pusing dan pingsan.( Sunaryati:2011,45)
2.2.6        Pemeriksaan Fisik
a.       Tampilan Umum
Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebihan. Pasien juga tapak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul setelah 12-24 jam pasca infark
b.       Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Sinus takikardi (100-120 x/mnt) terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan melambat dengan pemberian analgesic yang adekuat.
Denyut jantung yang rendah mengindikasikan adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark.
Peningkatan TD mmoderat merupakan akibat dari pelepasan kotekolamin
Sedangkan jika terjadi hipotensi maka hal tersebut merupakan akibat dari  aktivitas vagus berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan, atau tanda dari syok kardiogenik.
c.       Pemeriksaan jantung
Terdangar bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-mur. Bunyi gesekan perikard jarang terdengar hingga hari ke dua atau ketiga atau lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambatan dari sindrom Dressler.
d.       Pemeriksaan paru
Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun mungkin tidak terdapat gambaran edema paru pada radiografi. Jika terdapat edema paru, maka hal itu merupakan komplikasi infark luas, biasanya anterior.
2.2.7        Pemeriksaan Penunjang
a.       EKG (Electrocardiogram)
1.      Segmen ST elevasi abnormal menunjukkan adanysa injury miokard
2.      Gelombang T inversi (arrow head) menunjukkan adanya iskemia miokard.
3.      Q patologis menunjukkan adanya nekrosis miokard.(wajan juni, 2010:87).


b. Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-protein tertentu keluar masuk aliran darah.
Kreatinin Pospokinase (CPK) termasuk dalam hal ini CPK-MB  terdeteksi setelah 6-8 jam, mencapai puncak setelah 24 jam dan kembali menjadi normal setelah 24 jam berikutnya.
LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard yaitu setelah 24 jam kemudian mencapai puncak  dalam 3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan 2 minggu.
Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya masih kalah akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T.
Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
Troponin T &  I merupakan protein merupakan tanda paling  spesifik cedera otot jantung, terutama Troponin T (TnT)
TnT sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard  dan masih tetap tinggi  dalam serum selama 1-3 minggu.
Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari pertama; peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai normal.
    


c. Coronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x pada jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada arteri koroner.
Dokter memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha menuju jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi koroner.
Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui ujung kateter pada aliran darah. Zat kontras itu  memungkinkan dokter dapat mempelajari aliran darah yang melewati pembuluh darah dan jantung (http://nursinglove. multiply.com/journal/item/2?&show_interstitial=1&u=% 2 Fjour nal%2Fitem)
2.2.8        Komplikasi
1.      Disritmia
            Komplikasi paling sering dari infark miokard akut adalah gangguan irama jantung (90%). Faktor predisposisi adalah: 1) iskemia jaringan, 2) hipoksemia, 3) pengaruh system saraf para-simpatis dan simpatis, 4) asidosis laktat, 5) kelainan hemodinamik, 6) keracunan obat, dan 7) gangguan keseimbangan elektrolit.
2.      Gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik
            Sepuluh sampai 15 persen pasien IM mengalami syok kardiogenik, dengan mortalitas antara 80-95%.


3.      Tromboemboli
            Study pada 924 kasus kematian akibat IM akut menunjukkan adanya trombi mural pada 44% kasus pada endokardium. Study outopsi menunjukkan 10% kasus IM akut yang meninggal  mempunyai emboli aterial ke otak, ginjal, limpa, atau mesenterium.
4.      Perikarditis
            Sindrom ini dihubungkan dengan IM yang digambarkan pertama kali oleh Dressler dan sering disebut sindrom dressler. Biasanya terjadi setelah terjadinya infark transmural tetapi dapatmenyertai infark subepikardial. Perikarditis  biasanya sementara,yang tampak pada minggu pertama setelah infark. Nyeri dada dari perikarditis akut terjadi tiba-tiba dan deras serta konstan pada dada anterior. Nyeri ini memburuk dengan inspirasi dan biasanya dihubungkan dengan takikardi, demam ringan, dan friction rub pericardial yang trifasik dan sementara.
5.      Ruptural miokardium
            Ruptura dinding bebas dari ventrikel kiri menimbulkan kematian sebanyak 10% di rumah sakit karena IM akut. Ruptur ini menyebabkan tamponade jantung dan kematian. Ruptur septum interventrikular jarang terjadi, yang terjadi pada kerusakan miokard luas,  dan menimbulkan defek septum ventrikel.
6. Aneurisma ventrikel
            Kejadian ini adalah komplikasi lambat dari MI yang meliputi penipisan, pengembungan, dan hipokenesis dari dinding ventrikel kiri setelah infark transmural. Aneurisma ini sering menimbulkan gerakan paroksimal pada dinding ventrikel, dengan pengembungan keluar segmen aneurisma pada kontraksi ventrikel. Kadang-kadang aneurima ini rupture dan menimbulkan tamponade jantung, tetapi biasanya masalah yang terjadi disebabkan penurunan kontaktilitas ventrikel atau embolisasi.(Tambayong,2000, 92)
2.2.9        Penatalaksanaan
Tujuan dari penanganan pada infark miokard adalah menghentikan perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung (memberikan kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Berikut ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien dengan AMI:
1.        Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul.
2.        pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca serangan.
3.         Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan kepada sel-selnya untuk memulihkan diri.
4.         Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan nutrisi yang diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak diperbolehkan mendapatkan asupa nutrisi lewat mulut karena akan meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa membebani jantung.
5.         Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya mendapatkan aspirin (antiplatelet)  untuk mencegah pembekuan darah. Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan clopidogrel.
6.         Nitroglycerin dapat diberikan  untuk menurunkan beban kerja jantung dan memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga dapat membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark biasanya nyeri tidak hilang dengan pemberian nitrogliserin.
7.         Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka digunakan petidin
8.         Obat-obatan trombolitik
       Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat arteri koroner. Waktu paling efektive pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada pasien diatas 75 tahun
      Contohnya adalah streptokinase
9.           Beta Blocker
       Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan jantung tambahan. Beta bloker juga bisa  digunakan untuk memperbaiki aritmia.
       Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan non-cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol)
10.         Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
       Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada otot jantung.
       Misalnya captropil
11.     Obat-obatan antikoagulan
       Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan darah pada arteri.
       Missal: heparin dan enoksaparin.
12.       Obat-obatan Antiplatelet
       Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.



Jika obat-obatan tidak mampu menangani/menghentikan serangan jantung., maka dapat dilakukan tindakan medis, yaitu antara lain
a. Angioplasti
Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon pada ujungnya dimasukan melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian dalam arteri akan mengembalikan aliran darah.
Pada angioplasti, dapat diletakan tabung kecil (stent) dalam arteri yang tersumbat sehingga menjaganya tetap terbuka.  Beberapa stent biasanya dilapisi obat-obatan yang mencegah terjadinya bendungan ulang pada arteri.
b. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung.
Setelah pasien kembali  ke rumah maka penanganan tidak berhenti, terdapat beberapa hal  yang perlu diperhatikan:
  • Mematuhi manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-obatan maupn mengikuti program rehabilitasi.
  • Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk menurunkan kemungkinan kekambuhan, misalnya antara lain: menghindari merokok, menurunkan BB, merubah dit, dan meningatkan aktivitas fisik. (http://nursinglove.multiply. com/journal/item/2?&show_ interstitial =1&u= %2 Fjo urnal %2Fitem).
2.2.10 Pencegahan
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan meliputi 4 kategori sebagai berikut.
1.      Pencegahan Primodial
Pencegahan primodial adalah upaya mencegah adanya factor resiko penyakit jantung koroner pada daerah/ individu yang belum tampak adanya factor-faktor risiko penyakit jantung koroner.
2.      Pencegahan  
Jangan abaikan serangan jantung kalau tidak ingin memperpanjang korban akibat serangan jantung. Ada baiknya kita melakukan berbagai langkah untuk pencegahan. Ini harus kita lakukan sejak dini. Langkah yang bisa dilakukan ialah menerapkan pola makan yang sehat, pola hidup yang sehat, berhenti merokok, menghindari stress, menghindari dan mengobati hipertensi, mengobati obesitas, melakukan olahrahga secara teratur, konsumsi antioksidan, dan mewaspadai factor genetis.
1.    Pola makan sehat
Hindari makanan yang banyak mengandung lemak atau yang mengandung kolestrol tinggi. Kurangi menyantap makanan yang digoreng dan banyak mengandung lemak, sebaliknya makanan dapat diolah dengan cara direbus, dikukus,atau dipanggang. Sebisa mungkin, makanan yang kita makan rendah lemak atau tanpa lemak. Pilih susu,keju, dan mentega rendah lemak. Menggoreng dengan menggunakan minyak zaitun memiliki kandungan lemak yang sedikit sehingga bisa menjadi pilihan.
            Hindari juga makanan dengan kandungan gula tinggi, jangan terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat. Sebaliknya, konsumsi gandum yang dapat membantu menjaga jantung tetap sehat. Jaga pola makan agar terhindar dari kegemukan karena seseorang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm beresiko lebih besar terkena penyakit ini.
2.                   Berhenti merokok
Menghisap rokok tidak baik untuk kesehatan jantung, maka segera hentikan kebiasaan ini agar jantung tetap sehat.
3.                   Hindari stress
Stres memang sulit dihindari. Saat seseorang mengalami stress, tubuh akan mengeluarkan hormone kortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormone norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stress yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah. Maka, sangat baik bila kita menghindari stress baik dikantor atau dirumah.
4.                   Menjaga dan Mengobati Hipertensi
Sebagaimana dijelaskan diatas, problem hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa mengakibatkan penyakit jantung. Hipertensi dapat melukai dinding arteri dan memungkinkan kolestrol LDL memasuki saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak. Oleh sebab itu, jagalah diri kita dari kemungkinan serangan hipertensi dengan pola hidup yang sehat dan lakukan pengobatan jika perlu.
5.                   Obesitas
Kelebihan berat atau obesitas meningkatkan tekanan darah tinggi dan ketidak normalan lemak. Menghindari atau mengobati obesitas atau kegemukan adalah cara utama untuk menghindari diabetes. Diabetes mempercepat penyakit jantung koroner dan meningkatkan risiko serangan jantung.
6.                   Olahraga Teratur
Kita dapat melakukan kegiatan olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging. Kegiatan olahraga yang bukan bersifat kompetisi dan tidak terlalu berlebihan dapat menguatkan kerja jantung dan melancarkan peredaran darah ke  seluruh tubuh.
7.                   Konsumsi Antioksidan
Polusi udara, asap kendaraan bermotor, atau asap rokok menciptakan timbulnya radikal bebas dapat menyebabkan bisul atau endapan pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan. Untuk mengeluarkan kandungan radikal bebas dalam tubuh, perlu adanya antioksidan yang akan menangkap dan membuangnya. Antioksidan dapat diperoleh  dari berbagai macam buah-buahan dan sayuran.
8.                   Keturunan
Seorang yang orang tua atau saudara kandungnya pernah mengalami serangan jantung sebelum usia 60 memiliki resiko lebih besar menderita penyakit ini. Karena itu, jika kita memiliki kerabat yang pernah mengalami serangan jantung, sebaiknya lebih berhati-hati dalam menjaga agar pola makan dan gaya hidup kita.( Sunaryati:2011,49)


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1  Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian tentang “Gambaran pengetahuan pasien di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tentang Penyakit Jantung Koroner Tahun 2012” adalah sebagai berikut :

  1. Umur
  2. Pendidikan
  3. Pekerjaan
  4. Sumber informasi
Variabel Independen                                       Variabel Dependen
 Penyakit jantung koroner





3.2  Defenisi Operasional
  1. Pengetahuan adalah pengetahuan pasien untuk menjawab benar  pertanyaan yang     diajukan pada pasien tentang Penyakit Jantung Koroner.
  2. Umur adalah interval waktu atau rentang kehidupan yang dijalani oleh responden  sampai dilakukan penelitian.
  3. Pendidikan adalah pendidikan formal yang terakhir yang pernah diselesaikan oleh pasien dengaan kategori :
1.      SD
2.      SMP
3.      SMA
4.      Perguruan Tinggi
5.      Lainnya
  1. Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh pasien yang dapat menghasilkan uang atau tidak dengan kategori :
1.      Bekerja : PNS, Wiraswasta, petani
2.      Tidak Bekerja : Pelajar, Ibu Rumah Tangga
  1. Sumber informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
1.      Media Electronic yaitu: TV, Radio, Internet
2.      Media Cetak yaitu: Koran, Majalah, Buku
3.      Petugas Kesehatan
3.3  Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif, yaitu untuk mengambarkan pengetahuan pasien tentang Jantung Koroner.
3.4  Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1  Lokasi penelitian
Adapun lokasi yang yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Karena tempat penelitian tersebut dapat memenuhi sample yang  di inginkan peneliti serta tidak menghambat waktu  dan biaya.
3.4.2  Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang di perlukan untuk melakukan penelitian ini adalah ........


3.5   Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang di Rawat Ruang Kelas dan Ruang V Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011. Sebanyak..... Orang.
3.5.2        Sampel
Sample dalam penelitian ini menggunakan tehnik total, dimana semua populasi menjadi sample, yaitu sebanyak …. Orang.
3.6        Metode Pengumpulan Data
Data  yang dikumpulkan merupakan data primer dengan cara pengisian questioner yang diberikan kepada pasien, sebelum membagikan kepada pasien. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan  secara mengisi questioner kemudian memberikan  kesempatan  kepada pasien untuk mengisi questioner penelitian, setelah selesai maka dikumpulkan saat itu jaga.
3.7 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran pengetahuan berdasarkan skala guttman yaitu diambil jawaban responden dari seluruh pertanyaan pengetahuan yang di berikan dalam bentuk checklist dengan interprestasi nilai, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0. Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi), kemudian dikalikan 100% dan haslnya berupa persentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:


Rumus : P = F/N X 100%

Keterangan :
P          = Persentase
F          = Jumlah Jawaban Yang Benar
N         = Jumlah Soal
Selanjutnya setelah keseluruhan jawaban di hitung dan di jumlahkan berdasarkan skala ordinal maka hasilnya di kelompokkan dengan kategori :
1.      Baik, apabila responden menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh pertanyaan benar (sebanyak 23-30 pertanyaan).
2.      Cukup, apabila responden mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan benar ( sebanyak 17-22 pertanyaan).
3.      Kurang, apabila responden  mampu men jawab dengan benar < 55% dari seluruh pertanyaan benar (sebanyak 0-16 pertanyaan).
3.8 Tehnik Pengolahan Data dan Analisis Data
3.8.1 Pengolahan data
Setelah data berhasil dikumpulkan,yang dilakukan adalah mengolah data sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut bersifat informasi. Pengolahan data akan dilakukan dengan cara :



1.      Editing
Mengelola data sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki data tersebut, maka data-data tersebut diperiksa terlebih dahulu apakah sesuai yang diharapkan atau tidak.
2.      Coding
Setelah editing selesai, maka dilakukan pengkodean data yang telah dikumpulkan.
3.      Tabulating
Mengumpulkan data tersebut kedalam suatu table menurut sifat yang dimiliki dengan tujuan penelitian.
3.8.2 Analisa Data
Analisa dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang telah dikumpulkan dan di sajikan dalam table distrribusi frekuensi. Analisa data kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil pesnelitian dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Andi, Tulus. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovasekuler. http://www.kardiologi-ui.com/newsread.php?id=246. 13 November 2009. 2:28 AM

Arif Darmawan. Penyakit Jantung Koroner, http://www.docstoc.com/docs/71645150/ penyakit -jantung-koroner-%28Arief-Darmawan%29. 2010

Hananta, I Putu Yuda. 2011.Deteksi Dini & Pencegahan 7 Penyakit Penyebab Mati Muda. Yogyakarta. MedPress (Anggota IKAPI)

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Joe. Struktur dan Fungsi Sistem Kardiovasekuler. http://perawattegal.wordpress.com/ 2009 /09/12/struktur-fungsi-sistem-kardiovaskuler/#more-295. 12/09/2009. 3:44 AM

Mamad, Supriyono. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) Pada Kelompok Usia < 45 Tahun. http://eprints.undip.ac.id/6324/. 03 juli 2008, 2:20 AM.

Purnawan, Iwan. Infark Miokard Akut (AMI). http://nursinglove .multiply .com /journal/item/2? &show _ interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. 03 Juni 2008. 2:31 AM

Sitorus, Ronald H. 2006. 3 Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia. Bandung. Penerbit Yrama Widya.

Sri Damai yanti. Karateristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 14656/1/ 09E01271. Pdf.2009.
Sutanto. 2010. CEKAL (Cegah & Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta. C.V ANDI OFFSET (Penerbit ANDI)

Sunaryati, Septi Shinta. 2011. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Jogjakarta. FlashBooks.

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta Selatan. Salemba Medika.

Underwood, J. C. E. 2000. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.